Blog

  • Cap tikus

    Cap tikus

    Cap Tikus adalah minuman beralkohol tradisional Minahasa dari hasil fermentasi dan destilasi Air Nira dari Pohon Aren (pinnata). Minuman ini sudah dikenal sejak lama oleh masyarakat Minahasa, dan umumnya dikonsumsi oleh para Bangsawan atau oleh masyarakat umum dalam acara adat.

    Sejarah

    Dalam upacara naik rumah baru, para Penari Maengket menyanyi lagu Marambak untuk menghormati Dewa pembuat rumah, leluhur Tingkulendeng. Tuan rumah harus menyodorkan minuman Cap Tikus kepada Tonaas pemimpin upacara adat naik rumah baru sambil penari menyanyi “tuasan e sopi e maka wale”, artinya tuangkan  wahai tuan rumah.

    Minuman keras ini bahkan terkenal hingga ke Kepulauan Ternate. Keterangan mengenai  di Ternate ditulis oleh juru tulis pengeliling dunia Colombus dari Spanyol bernama Antonio Pigafetta. Setelah kapal mereka melalui dua buah Pulau Sangir dan Talaud lalu 15 Desember 1521 mereka tiba di pelabuhan Ternate dan dijamu Raja Ternate dengan minuman arak yang terbuat dari air tuak yang dimasak.

    Kendati buku “Perjalanan keliling dunia Antonio Pigafetta” terbitan tahun 1972 halaman 127–128 tidak menjelaskan dari mana Raja Ternate mendapatkan minuman , namun perlu ditelisik masyarakat Ternate tidak punya budaya “Batifar” hingga kemungkinan besar minuman sama halnya dengan beras yang didatangkan ke Ternate dari Minahasa.

    Kadar alkohol pada Cap Tikus tergantung pada teknologi penyulingan. Petani sejauh ini masih menggunakan teknologi tradisional, yakni saguer dimasak kemudian uapnya disalurkan dan dialirkan melalui pipa bambu ke tempat penampungan. Tetesan-tetesan itulah yang kemudian dikenal dengan minuman .

    Minuman keras tradisional Minahasa ini pada mulanya bernama Sopi. Namun, sebutan Sopi berubah menjadi Cap Tikus ketika orang Minahasa yang mengikuti pendidikan militer untuk menghadapi Perang Jawa, sebelum tahun 1829, menemukan Sopi dalam botol-botol biru dengan gambar ekor tikus. Sopi dijual oleh para pedagang Cina di Benteng Amsterdam, Manado.

    Minuman Cap Tikus sudah sejak dulu sangat akrab dan populer di kalangan petani Minahasa. Umumnya, petani Minahasa, sebelum pergi ke kebun atau memulai pekerjaannya, minum satu sloki  untuk penghangat tubuh dan pendorong semangat untuk bekerja

     

    Produksi

    Produksi Tradisional

    Memproduksi Cap Tikus butuh berhari-hari. Kerja sejak pagi hingga sore, bahkan malam. Butuh waktu dan tenaga. Sebab kebanyakan pohon aren (pohon seho) tingginya lebih dari 10 meter. Menaiki pohon aren di Minahasa juga dilakukan tradisional. Hanya dengan sebuah bambu berlubang jari yang disandarkan di batang pohon.

    • Dengan lilang (parang) sangat tajam, mayang pohon seho diketuk untuk merangsang air niranya. Proses pengetukan sebanyak tiga sampai empat hari agar nira banyak dan bagus. Nira yang digunakan dalam pembuatan  harus asam. Nira yang manis sering didiamkan sehari agar asam, kemudian disuling.
    • Proses penyulingan dilakukan di tungku yang disebut porno. Dibakar menggunakan kayu api. Wadah untuk penyulingan nira aren adalah drum besar. Dibutuhkan sekitar satu sampai dua jam untuk proses penyulingan. Enam galon nira atau sering disebut saguer, hanya menghasilkan satu galon .
    • Pada saat penyulingan, dua botol Cap Tikus hasil penyulingan pertama memiliki kadar di atas 45 persen. Itu disebut cakram. Yang paling enak dan paling keras kadarnya. Beberapa botol setelahnya, kadarnya tinggal 30 sampai 20 persen.

    Semua proses pembuatan  ini dilakukan petani Cap Tikus di Minahasa. Setiap hari, dari pagi hingga malam. Butuh perjuangan ekstra apalagi dengan banyaknya risiko kecelakaan kerja karena semua serba tradisional. Bahan dasar pembuatannya berasal dari air sadapan yang menetes dari Pohon Enau, yang oleh masyarakat Minahasa dikenal sebagai Pohon Akel atau Seho. Secara umum pohon ini disebut Pohon Aren

    Produksi Modern

    Kini Cap Tikus telah diproduksi dengan metode modern, aman dikonsumsi, dan legal, memenuhi standar BPOM dan Bea Cukai

    Di dalam pabrik, tong besar tempat menampung Cap Tikus dari penyuplai. Tiap tong yang kapasitas mencapai ratusan liter. Kemudian pipa menyalurkan bahan mentah Cap Tikus ke tempat desimilasi dan penyaringan. Selanjutnya pipa mengarah ke alat pengisian. Di situ, botol khas  berukuran 320 ml menunggu untuk diisi. Selanjutnya pindah ke alat penutupan segel botol dan pemberian label.

    • Di dalam pabrik, tong besar tempat menampung  dari penyuplai. Tiap tong yang kapasitas mencapai ratusan liter “Ketika Cap Tikus mentah dari pengumpul datang, ditampung dalam wadah. Selanjutnya masuk ke tong untuk proses destilasi. Selanjutnya kita lakukan destilasi sebanyak tiga kali. Dalam proses destilasi dibuang timbal dan merkurinya. Setelah dibuang dua bahan kimia itu, Cap Tikus menjadi aman untuk dikonsumsi orang dewasa,”
    • Kemudian pipa menyalurkan bahan mentah Cap Tikus ke tempat destilasi dan penyaringan. Selanjutnya dilakukan destilasi sebanyak tiga kali. Dalam proses destilasi dibuang timbel dan merkurinya. Setelah dibuang dua bahan kimia itu, Cap Tikus menjadi aman untuk dikonsumsi orang dewasa. Setelah proses filterisasi dan destilasi, perubahan paling kasatmata terlihat adalah kebeningan Cap Tikus. Dari bahan mentah cap tikus yang keruh, setelah proses destilasi akan menjadi lebih bening dan baunya tidak terlalu menyengat. Namun rasa dan kadarnya tetap terasa.
    • Masuk ke mesin penampungan, yang telah siap langsung dimasukkan ke dalam botol dan disegel serta diberi label. Semua proses sampai pada penutupan botol dan pemakaian label menggunakan alat. Hanya pemasangan cukai yang dilakukan secara manual

    Saat Ini

    Cap Tikus akhirnya bisa lebih bernilai. Dikemas lebih menarik dengan sebuah botol kecoklatan berukuran sedang. Tutup botolnya dipakaikan kertas cukai. Sementara sebagian botolnya dikemas dengan memakai kertas bertuliskan  1978. Kini minuman ini bisa dijadikan oleh-oleh bagi wisatawan lokal maupun mancanegara. Dengan legalnya , para petani sudah bisa bernapas lega, ada lebih dari 200 ribu orang mencari nafkah

    Bupati Minsel saat ini sedang gencar melakukan upaya melegalkan minuman khas Cap Tikus. Salah satunya dengan menggandeng pengusaha yang siap mengemas Cap Tikus menjadi minuman khas dari Minsel. Menjadi harapan baru untuk petani di Minsel jika minuman menjadi legal dan bisa dipasarkan keluar negeri.

    Dengan kerja sama dengan APINDO, BPOM Manado, dan Pemerintah Kabupaten Minahasa Selatan yang mau mengangkat  menjadi minuman khas yang legal. Untuk lebih memperhatikan kesejahteraan para petani yang sudah turun temurun bertani dan membudidayakan minuman khas ini dan juga mengangkat nilai jual  menjadi lebih besar dan berharga

    Mengenal Cap Tikus, Minuman “Berbahaya” Orang Minahasa

    Cap Tikus adalah sebutan masyarakat secara turun-temurun. Bukan merek. Minuman ini tergolong minuman keras, dan kadar alkoholnya tinggi.

    Ada minuman tradisional “berbahaya” bagi orang Minahasa atau orang Manado, yang namanya cukup unik, yakni Cap Tikus. Ia sebutan masyarakat secara turun-temurun. Bukan merek. Minuman ini tergolong minuman keras, dan kadar alkoholnya dirasa tinggi.

    Para tetua Minahasa dulunya, bahkan sering memberitahu kalau minuman ini sekadar penghangat tubuh. Mereka yang menjadi petani, biasanya sebelum bertani, minum satu sloki cap tikus agar semangat mereka bertambah.

    Mereka paham efek minuman ini, jika dikonsumsi berlebihan, maka akan membahayakan konsumennya. Maka diciptakan pemeo, jika minum satu seloki , cukup untuk menambah darah, dua seloki bisa masuk penjara, dan minum tiga seloki bakal ke neraka.

    Musim dan zaman berganti, kini cap tikus telah berubah menjadi tempat pelarian.  beralih rupa menjadi minuman tempat pelampiasan nafsu, serta alat utama untuk mabuk-mabukan, yang kemudian menjadi sumber malapetaka.

    Tak afdal rasanya, bagi yang lidahnya suka dimanjakan dengan alkohol dan minuman tradisional, jika datang ke Manado, tak mencari cap tikus. Cap tikus sudah menjadi jenama tersendiri di Manado. Sebenarnya dari mana sih muasal pembuatan  ini?

    Perlu diketahui, minuman yang diproduksi tanpa ada campuran kimia ini, dihasilkan dari tangan-tangan petani di daerah yang ladangnya banyak ditumbuhi pohon seho atau nira aren.

    Dari sana, kemudian orang Minahasa dan orang Sangir membuatnya dengan cara tradisional. Mereka menyadap buah aren atau yang biasa disebut batifar, untuk menghasilkan minuman saguer yang dalam bahasa Minahasa disebut akel.

    Bagaimana proses batifar itu sebenarnya? Caranya, jika petani menemukan tangkai bunga pohon aren yang sebesar pergelangan tangan orang dewasa, mereka lalu membersihkannya dan dipukul-pukulnya selama beberapa hari, kemudian dipotong.

    Dari potongan itu, maka keluarlah getah seputih susu yang menetes dengan cepat yang akhirnya ditampung. Getah itulah yang dinamakan saguer. Saguer lalu dialirkan melalui pipa-pipa bambu sulingan yang sudah diatur sedemikian rupa. Uap panas yang keluar dari sulingan, akan berubah menjadi cairan yang kemudian dinamai cap tikus.

    Mereka, para pembuat itu, lebih senang memilih lokasi pegunungan yang dingin dan tempat berbukit, supaya pipa bambu penyulingan tidak di atas pohon, tapi di permukaan tanah perbukitan.

    Dalam cerita rakyat Manado yang sudah melegenda, konon ada dewa yang dinamai Makawiley, didaulat menjadi dewa saguer pertama (leway atau busa saguer).

    Kemudian ada juga dewa saguer yang bernama Kiri Waerong. Ia dihubungkan dengan pembuatan gula merah dari saguer yang dimasak.

    Dewa saguer yang ketiga adalah Dewa Parengkuan, yang dihubungkan dengan air saguer yang menghasilkan . Nama Parengkuan diawali dari asal kata rengku, artinya minum sekali teguk di tempat minum yang kecil.

    Orang Minahasa meyakini, Parengkuan adalah orang Minahasa pertama yang membuat minuman  Itulah sedikit referensi soal mengapa cap tikus bisa mengakar menjadi budaya orang Minahasa.

    Awalnya cap tikus konon dinamai sopi. Belakangan berubah ketika orang Minahasa yang mengikuti pendidikan militer untuk menghadapi perang Jawa, sebelum tahun 1829, menemukan sopi yang dijual tauke di Benteng Amsterdam Manado, dalam botol biru bergambar ekor tikus.

    Sementara dalam kultur macam memasuki rumah baru, para penari Maengket menyanyi lagu Marambak, untuk menghormati dewa pembuat rumah, yang dinamai leluhur Tingkulendeng.

    Saat menari, tuan rumah harus menyodorkan minuman pada Tonaas, pemimpin upacara adat naik rumah baru, sambil penari bernyanyi, mereka menyebut “tuangkan minuman cap tikus (sopi) wahai tuan rumah” atau bahasa Minahasanya, tuasan e sopi e maka wale.

    Dalam manuskrip yang ditulis pengeliling dunia Colombus dari Spanyol, bernama Antonio Pigafetta, bersama kawan sekapalnya, setelah mereka bersandar di Pelabuhan Ternate pada tanggal 15 Desember 1521, usai melewati pulau Sangir dan Talaud, mereka dijamu Raja Ternate dengan tuak yang dinamakan cap tikus.

    Belum jelas dalam manuskrip yang dibukukan berjudul “Perjalanan keliling dunia Antonio Pigafetta” terbitan tahun 1972 itu, perihal bagaimana dan dari mana Raja Ternate mendapatkan minuman tradisional itu. Hal ini patut dipertanyakan, sebab masyarakat Ternate tidak punya budaya batifar.

    Spekulasi lalu menguar, bahwa kemungkinan besar minuman itu, proses masuknya, sama halnya dengan beras yang didatangkan ke Ternate dari Minahasa. Budaya produksi dan penjualannya masih berlanjut di Minahasa sampai saat ini ke Irian.

    Catatan ini lalu menguatkan soal siapa yang mengajarkan cara membuat cap tikus, sebenarnya. Bukan orang Spanyol, sebab sewaktu mereka datang di Ternate, minuman itu sudah ada.

    Perlu pula diketahui, minuman itu menjadi bumerang yang berakibat
    orang Spanyol jadi diusir dari Minahasa. Sebab serdadu mereka suka mabuk-mabukan, dan akhirnya membunuh Dotu Mononimbar di Tondano, lalu melukai anak Kepala Walak Tomohon tahun 1644.

    Malahan beredar pula cerita, kalau yang mengajari orang Minahasa membuat saguer adalah pedagang dari Cina. Manuskrip ringan tentang sejarah budaya Minahasa yang ditulis oleh Jessy Wenas mencatat, bahwa Cap Tikus sudah dipasarkan pada 1512- 1523 oleh pedagang Cina di Benteng Amsterdam Manado.

    Dari sini asumsi beredar, bahwa orang Cina lah yang mengajarkan orang Minahasa untuk membuat minuman keras cap tikus dengan menyuling saguer.

    Tentu saja bagi orang-orang tua dulu, cap tikus tidaklah jelek-jelek amat. Alasannya, menurut buku Adatrechtbundels XVII terbitan 1919 halaman 79, minuman keras tradisionil ini telah menyelamatkan orang Minahasa dari ketergantungan candu dan opium pada abad 18. Secara tidak langsung, gaya hidup mereka berubah.

  • Tuak

    Tuak

    Tuak adalah sejenis minuman beralkohol Nusantara yang merupakan hasil fermentasi dari nira, beras, atau bahan minuman/buah yang mengandung gula. adalah produk minuman yang mengandung alkohol. Bahan baku yang biasa dipakai adalah: beras atau cairan yang diambil dari tanaman seperti nira pohon enau atau nipah, atau legen dari pohon siwalan atau tal, atau sumber lain. Kadar alkohol tuak di pasaran berbeda-beda tergantung daerah pembuatnya. Tuak jenis arak yang dibuat di pulau Bali yang dikenal juga dengan nama Brem Bali, dikenal mengandung alkohol yang kadarnya cukup tinggi.

    Beberapa tempat di Pulau Madura dahulu dikenal sebagai sebagai penghasil tuak, tetapi orang Madura tidak mempunyai kebiasaan minum yang kuat. Saat ini dapat dikatakan sangat sedikit orang Madura yang minum tuak atau arak Masyarakat Tapanuli (Sumatera Utara), khususnya masyarakat Batak menganggap bahwa tuak berkhasiat menyehatkan badan karena mengandung efek menghangatkan tubuh. Hal yang sama dijumpai pada masyarakat suku Toraja di Tana Toraja, Sulawesi Selatan, yang memiliki kebiasaan minum tuak. Selain untuk menghangatkan badan, dari pohon enau di Toraja telah menjadi minuman pada ritual-ritual adat. Sehingga setiap pelaksanaan ritual adat sudah pasti tersedia tuak.

     

    Jenis tuak

    Tuak beras

    Tuak beras adalah sejenis minuman masyarakat Iban di Kalimantan. Biasanya beras diolah dari sejenis beras yang disebut “beras pulut” (beras ketan). Beras tersebut akan direndam air di dalam tempayan yang disebut “Tajau”/tepayat. Proses tersebut akan mengambil waktu setidaknya dua minggu sebelum dapat diminum dan beras tersebut juga akan menjadi makanan yang disebut tapei”tapai”. Namun saat ini proses pembuatan tuak beras berlainan sedikit, yaitu selain dibuat menggunakan beras ketan, juga dicampur dengan gula pasir atau tidak di kasih supaya rasanya lebih manis.

    Biasanya tuak beras akan dihidangkan pada perayaan tertentu seperti perayaan Gawai Dayak, Gawai Hantu, Gawai Kenyalang dan sebagainya. Selain dari masyarakat Iban, terdapat juga masyarakat lain seperti Bidayuh/Binangeuh, Orang Ulu yang juga membuat dengan cara mereka sendiri. jenis ini memiliki kandungan alkohol yang cukup untuk membuat mabuk bila diminum berlebihan.

     

    Tuak nira

    Tuak nira biasanya dihasilkan dari menyadap nira dari mayang (tongkol bunga) pohon enau atau nipah. Mayang enau atau nipah akan dibiarkan akan menjadi buah, dipotong dan air manis yang menitik dari tandan yang dipotong itu akan dikumpulkan dalam wadah, biasanya buluh bambu. Air nira yang terkumpul dan belum mengalami fermentasi tidak mempunya kandungan alkohol dan biasa dijual sebagai minuman jajanan legend. Bila dibiarkan, kandungan gula di dalamnya akan menjadi alkohol melalui proses fermentasi selama beberapa hari dengan kandungan alkohol sekitar 4%. enau atau nipah ini dapat diminum selepas beberapa hari.

    Biasanya nira dihidangkan pada perayaan tertentu seperti pesta perkawinan. Bila tuak enau atau nipah ini dibiarkan terlalu lama akan menjadi masam dan lama-kelamaan akan menjadi cuka secara alami tanpa mencampurkan bahan asing.

    Pembuatan tuak

    Minuman alkohol tradisional ini biasanya dibuat dari fermentasi beras (biasanya beras ketan) menggunakan ragi dan enzim yang secara alami tersedia dalam ragi.

    Enzim memecah pati dalam beras menjadi gula dan ragi mengubah gula menjadi alkohol, yang merupakan proses fermentasi. Proses fermentasi juga menghasilkan karbon dioksida, terlepas dari alkohol. Biasanya, juga dibuat dalam volume besar dengan bantuan gula dicampur dengan air, lalu direbus dan dibiarkan dingin sebelum ditambahkan ke campuran fermentasi beras dan ragi. juga bisa terbuat dari proses penyulingan nira aren dan kelapa mendominasi minuman keras lokal Indonesia. Selain itu, ada juga yang berasal dari fermentasi dari buah-buahan dan beras.

    Sebenarnya, minuman sejenis ini juga ada di berbagai negara. Misalnya, Sake di Jepang, Makgeolli di Korea, Sato di Thailand, Mi Jiu di China dan Tapuy di Filipina. Kandungan alkohol dalam tuak juga bervariasi, mulai dari lima persen hingga 20 persen. Rasa juga bisa bervariasi, ada yang sedikit manis atau sangat manis, tergantung pada gula yang digunakan dalam proses fermentasi. Namun, dengan kualitas buruk biasanya terasa asam karena adanya bakteri lain yang masuk dan menghasilkan asam laktat.

    Khasiat tuak

    Produk-produk yang mengandung alkohol memang masih diragukan khasiatnya. Meski demikian, beberapa orang percaya juga berkhasiat untuk kesehatan karena mengandung antioksidan dan vitamin C. , juga diklaim mengatasi penyakit ginjal dan berkhasiat untuk menyegarkan tubuh. Tuak yang diklaim memiliki manfaat tersebut adalah tuak asal Desa Pusuk Lestari, Kecamatan Batulayar, Lombok Barat, yang terbuat dari bunga pohon aren yang disadap. Melansir Journal of Experimental and Clinical Anatomy, juga bisa meningkatkan kemampuan visual dan laktasi atau produksi serta pengeluaran ASI dari payudara. Oleh karena itu, minuman tradisional ini sering ditambahkan ke dalam produk atau obat-obatan herbal. Namun, mengkonsumsi tuak terlalu banyak juga bisa menyebabkan penurunan fungsi testis karena menurunkan kadar testosteron, motilitas sperma, dan viabilitas sperma.

    Apa itu arak dan tuak?

    Arak merupakan minuman beralkohol suling yang biasanya diproduksi di negara-negara Asia Tenggara dan Asia Selatan.

    Sementara itu, merupakan minuman beralkohol khas Indonesia hasil fermentasi dari nira, beras, atau bahan yang mengandung gula. 

     Bahan yang digunakan

    Arak terbuat dari fermentasi nira kelapa, tebu, beras, atau buah, tergantung negara asalnya. Minuman ini bisa dicampur, disimpan lama, atau disuling berulang kali. 

    Sedangkan, terbuat dari beras atau cairan yang diambil dari tanaman seperti nira atau nipah, biji-bijian, beras, atau bahan manis yang mengandung gula.

    Kadar alkohol

    Arak biasanya mengandung kadar alkohol sekitar 30-50 persen. Biasanya jadi campuran jus atau sirup. Sementara biasanya mengandung kadar alkohol 8 persen. Namun, kadarnya bisa ditingkatkan dengan penyulingan.

     

     Jenis minuman

    Jenis arak tergantung dari negara asalnya. Di Indonesia salah satu yang terkenal adalah arak bali. Sedangkan, ada dua jenis, yakni tuak beras dan tuak nira. 

    Manfaat Tuak

    Meskipun memiliki kandungan alkohol di dalamnya, memiliki beberapa manfaat. Beberapa manfaat dari tuak diantaranya

    1 Mengatasi Diabetes

    Meskipun berasal dari bahan yang mengandung gula, dapat membantu menurunkan kadar gula darah dalam tubuh. Dengan meminum sesuai takaran, dapat menjadi salah satu minuman yang dapat membantu mengatasi diabetes.

    Sebagai Obat Penenang

    Insomnia atau kesusahan tidur merupakan jenis penyakit yang terjadi karena banyak pikiran atau pikiran yang tidak tenang. Untuk membantu menghilangkannya, dapat dijadikan salah satu minuman yang membantu masalah sulit tidur karena tuak dapat menjadi obat tidur sekaligus obat penenang.

    3 Menurunkan Demam


    Ketika seseorang mengalami panas tinggi, langkah awal yang digunakan biasanya adalah memberikan kompres pada keningnya atau mencari obat penurun panas. Selain dua hal tersebut, menurunkan panas dapat diatasi tanpa mengkonsumsi obat maupun mengkompres kening tetapi dengan meminum . dapat menjaga sistem kekebalan tubuh dan menurunkan panas yang ditimbulkan dari demam.

    4 Mengurangi Stress

    Minuman hasil fermentasi dari beras atau nira ini memiliki kandungan di dalamnya yang dapat berfungsi mengurangi stress. Kandungan yang ada dalam tuak dapat membantu memberikan efek rileks pada pikiran dan juga memberikan ketenangan hati. Namun, yang perlu diperhatikan, untuk tidak meminum terlalu banyak karena dapat menyebabkan mabuk.

    5 Mengatasi Sembelit

    Mengkonsumsi makanan yang kurang serat dapat menyebabkan terjadinya sembelit atau susah buang air besar. Selain mengatasi sembelit dengan makan makanan berserat, sembelit juga dapat diatasi dengan meminum . dapat berfungsi seperti serat pada sayuran untuk membantu melancarkan buang air besar

    Menjaga Sistem Pencernaan

    Kandungan dalam tuak memang salah satunya adalah alkohol. Akan tetapi, juga dapat membantu melancarkan sistem pencernaan. Meminum dalam membantu meringankan masalah pencernaan yang dialami.

    Melancarkan ASI

    Minum tuak bagi ibu yang sedang dalam masa menyusui juga memiliki manfaat tersendiri. Tuak dapat membantu melancarkan keluarnya ASI dan juga membantu menjaga nutrisi dalam produksi ASI tersebut. Ibu menyusui yang minum tuak, kandungan nutrisi dan gizi dalam ASI dapat terjaga. Kualitas ASI yang diberikan kepada bayinya juga tidak akan turun.

    Menyehatkan Tulang

    Semakin bertambahnya usia, kesehatan tulang biasanya juga dapat melemah. Tulang dapat dapat mengalami kekeroposan dan kepadatan tulang menurun. Untuk menjaga kepadatan tulang agar tetap terjaga, tuak dapat membantu menjaga kepadatan tulang. Kandungan vitamin pada tuak dapat mengembalikan lagi kepadatan tulang yang rapuh

    Menjaga Kehangatan Tubuh

    Tuak mengandung alkohol, dimana fungsi alkohol sendiri di daerah bersuhu rendah memang digunakan untuk menghangatkan tubuh. Tidak hanya di daerah bersuhu rendah, terkadang di wilayah tropis seperti Indonesia juga mengalami cuaca, dimana suhu lingkungan sangatlah rendah. Apabila suhu lingkungan sangat rendah dan badan merasakan kedinginan, minum dapat membantu menghangatkan tubuh agar tidak terlalu kedinginan.

    Mengatasi Kencing Manis

    Di wilayah Lombok, dipercaya dapat mengatasi penyakit kencing manis. Beberapa orang yang mengalami kencing manis mencoba meminum secara rutin. Dan hasilnya, kencing manis yang dialami oleh beberapa orang tersebut dapat sembuh dengan perlahan.

    Mengatasi Sariawan

    Tuak memiliki kandungan vitamin C yang mampu mengatasi sariawan. Tidak hanya mengobati sariawan, kandungan vitamin C yang terdapat pada juga mampu menyembuhkan luka yang disebabkan oleh sariawan. Selain itu, dapat membantu menghilangkan bau mulut dan panas dalam. Sehingga kesehatan mulut dapat terjaga dengan meminum tuak

    Ritus Kedewasaan

    Di beberapa daerah, meminum dijadikan tolok ukur seseorang mengalami kedewasaan. Meminum yang mengandung alkohol dalam porsi yang lumayan banyak, dapat menjadi tanda bahwa seseorang tersebut sudah menjadi dewasa.

    Meningkatkan Keberanian

    Tuak tidak hanya dapat menghangatkan tubuh, dan menghindarkan tubuh dari kedinginan. Namun juga dapat membantu seseorang secara mental untuk membuatnya percaya diri dan berani untuk tampil di depan umum.

    Bahan Pembuat Gula Aren

    Tuak berasal dari bahan yang memiliki kandungan gula di dalamnya. Tuak memang mengandung alkohol, akan tetapi sendiri memiliki rasa yang manis. Rasa manis pada tuak biasanya dimanfaatkan untuk membuat gula aren, agar gula aren memiliki rasa manis yang lebih enak.

    Bahan Untuk Membuat Kue

    Rasa manis yang dihasilkan oleh tidak hanya dapat digunakan sebagai bahan untuk membuat gula aren. Akan tetapi juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan untuk membuat kue. Selain menambahkan rasa manis pada kue, juga berguna untuk menjadi bahan pengembang agar kue mengembang dengan bagus.

    Sarana Sosialisasi Dan Keakraban

    Dalam komunikasi yang dilakukan ketika sedang berkumpul dengan banyak orang, pasti ada suguhan seperti minuman untuk menghangatkan suasana dan menjaga keakraban. menjadi salah satu suguhan minuman yang banyak digunakan di beberapa kedai atau tempat tongkrongan agar suasana lebih akrab.

    memang mengandung alkohol di dalamnya. Alkohol sendiri memang tidak baik untuk kesehatan karena dapat merusak beberapa sel tubuh. Akan tetapi, alkohol yang terkandung di dalam dan beberapa kandungan lainnya dapat membantu menjaga kesehatan, baik kesehatan fisik maupun kesehatan mental seseorang. Yang perlu diperhatikan yakni dengan meminum tuak sekedarnya saja untuk tidak terlalu banyak.

  • MOKE

    MOKE

    Moke adalah minuman khas dari pulau Flores yang terbuat dari tanaman siwalan (pohon lontar) dan enau. Minuman ini mempunyai banyak sebutan seperti sopi, dewe, dan moke. Tetapi nama yang paling familiar dan menjadi ciri khas dari Pulau Flores adalah Moke. Moke adalah simbol adat, persaudaraan dan pergaulan bagi masyarakat Flores

    Moke di Pulau Flores

    Moke merupakan minuman tradisional yang dibuat dari hasil penyulingan buah dan bunga pohon lontar maupun enau, proses pembuatannya masih tradisional yang diwariskan secara turun temurun dan masih dilakukan sampai sekarang. Pembuatan moke dilakukan di kebun-kebun masyarakat dengan menggunakan wadah-wadah tradisional seperti periuk tanah untuk memasaknya.Pembuatan moke memerlukan keuletan, kesabaran dan keahlian khusus untuk menghasilkan minuman yang berkualitas.Satu botol Moke butuh 5 jam, karena menunggu tetesan demi tetesan dari alat penyulingan yang menggunakan bamboo. Moke dengan kualitas terbaik sering disebut masyarakat dengan BM atau bakar menyala. Moke tersebut memiliki khasiat menyehatkan dan tidak memabukkan. Moke dengan kualitas terbaik biasanya hanya disajikan pada akhir pekan dan acara-acara adat seperti pesta pernikahan sebagai pendamping hidangan utama dan disajikan juga sirih dan pinang yang biasa dikonsumsi para wanita. Walaupun moke merupakan minuman yang beralkohol, untuk mendapatkannya sangat mudah, di berbagai sudut kota maupun di pelosok desa moke selalu tersedia. Di luar Kupang moke dapat ditemukan di warung pinggir jalan.  Harganya antara Rp 15-20 ribu per botol air kemasan sedang.Arak tradisional ini merupakan minuman masyarakat luas di Flores termasuk di kalangan para pejabat daerah. Masyarakat di Flores sering mengkonsumsi Moke beramai-ramai atau dalam istilah daerah disebut dengan cara melingkar. Konsumsi moke sering dilakukan bersama dengan aneka camilan atau lempeng dalam bahasa daerah. Moke juga dikonsumsi bersama dengan makanan khas flores seperti lempeng ikan kuah asam, ikan bakar, sop kambing, pisang bakar/rebus dan sambal lemon atau sambal tomat balik. Perjamuan tersebut sering dilakukan di luar ruangan seperti di pinggir pantai, di halaman rumah dan di bawah pepohonan

    Pembuatan Moke

    Proses pembuatan penyadapan dimulai dengan menampung air bunga tandan dari pohon mike, atau dikenal dengan moke putih.Peralatan yang digunakan adalah pisau atau golok, bambu berbentuk tabung berdiameter 15 cm, panjang 1 meter, dan sabuk pengaman. Pemilihan bunga adalah bagian yang paling menentukan untuk dapat menghasilkan air mike yang bermutu baik dan jumlahnya banyak. Kuncup bunga enau dibuka dengan menggunakan pisau atau golok secara hati-hati. Setelah semua tandan terbuka, lalu tandan dirundukkan dengan menggunakan tali yang diikatkan pada pelepah daun bawah, dan dibiarkan selama 3-4 hari. Penampungan atau penderasan air mike dapat dilakukan dengan mengiris ujung tandan bunga. Setiap kali air diambil, bunga diiris kira-kira 0,5 cm dan air yang keluar ditampung dengan bambu.

    Penampungan atau penderasan air mike dapat dilakukan dengan mengiris ujung tandan bunga. Sebelumnya bambu diisi dengan kapur sirih atau daun-daun khusus untuk mencegah air agar tidak menjadi asam. Penampungan air dilakukan sebanyak dua kali dalam sehari yakni pagi dan sore hari. Dua kali sehari mesti memanjat pohon enau dengan tinggi sekitar 19 meter. Umur pohon kira-kira 15 tahun. Setiap pohon mike dapat menghasilkan 8-10 liter. Air mike yang telah dikumpulkan selama kurang lebih satu hari, kemudian diberi bawang merah yang diiris, daun kemangi, dan daun.Sesudah itu, moke sudah siap suguh menjadi minuman. Minuman ini memiliki aroma yang khas, dan rasa asam sedikit bercampur agak pahit saat diminum. Jika pohon tidak menghasilkan banyak buah, ada cara tradisi nenek moyang yang dapat memberikan hasil yang banyak. Persoalan ini diatasi dengan penyadap tidak hanya dengan keahlian teknis namun juga dengan cara upacara pemberian sesaji, seperti sembelih ayam. Sebab, penyadap meyakini bahwa pohon enau memiliki ‘roh’. Setiap penyadap mesti mengetahui akan sisi ‘gaib’ dari pohon ini.Oleh karena itu, pengiris memberikan sesajian. Biasanya, menyuguhkan bahan saji sebelum pekerjaan iris bunga aren.Doa-doa mantra mengiringi sesaji itu. Nenek moyang telah berpesan bahwa pohon enau sebagai bagian dari kehidupan. Pohon ini memberikan berkah untuk saat ini dan masa depan

    Jenis-Jenis Moke

    Moke Putih

    Moke putih adalah nira hasil sadapan dari pohon lontar atau pohon enau. Cara pembuatannya adalah dengan memakai bambu berukuran seruas yang kemudian dicuci bersih dan dikeringkan lalu digantungkan pada ujung mayang yang telah dijepit atau dipukul-pukul dan dipotong ujungnya. Dari proses itu, akan muncul cairan bening menetes dari ujung mayang, cairan itu adalah moke putih. Moke putih yang manis dapat dimasak dan dijadikan gula merah.Sedangkan moke putih yang diminum adalah moke yang ditampung dengan wadah bambu yang tidak bersih sehingga terjadi peragian dan rasa minuman ini pahit.Moke putih sejenis ini ada yang dapat langsung diminum, tetapi lebih banyak digunakan untuk dimasak atau disuling dan menghasilkan moke hitam atau arak

    Moke Hitam

    Moke hitam sesungguhnya tidak hitam. Warnanya seperti air putih dan sedikit kuning. Ini adalah hasil sulingan dari moke putih. Moke putih disuling di saung penyulingan tuak yang dalam bahasa Nagekeo disebut Kuwu tua. Moke hitam sering dihidangkan dalam acara pesta adat

    Perlakuan Petani di Flores

    Perlakuan petani akan pohon enau sedikit berbeda dengan pohon alami lain. Pada umumnya, petani membiarkan pohon enau (mike) tumbuh dan berkembang secara alami di kebun lahan kering. Biasanya, mereka tidak memusnahkan saat pembersihan lahan siap tanam. Tanaman yang satu ini tidak ditebang. Hanya membersihkan sekitar pohon sekali dalam musim tanam. Tumbuhan ini dibiarkan hidup. Tidak ada upaya menaburi pupuk. Tiada usaha membudidayakan. Juga tidak ada perlakuan khusus walaupun memberikan banyak manfaat bagi tuan kebun. Binatang Musang menabur biji pohon enau, manusia menuai hasil setelah menjadi besar. Musang memakan buah pohon enau lantas bijinya dibiarkan jatuh ke tanah. Hewan inilah yang mengambil buahnya sebagai salah satu makanan. Buah dibawa pergi ke tempat-tempat yang aman buat makanan. Biji-biji enau dibiarkan jatuh ke tanah. Lama kemudian biji-biji itu tumbuh dan berkembang. Dengan demikian binatang Musang secara tidak sengaja seakan menabur biji enau ke tanah. Ada biji yang ditaburi di ladang atau di hutan belukar dekat kebun petani. Ketika biji itu bertumbuh menjadi besar maka manusia pada umumnya atau petani khususnya memanfaatkan bagian-bagian dari pohon enau. Tangkai buah kemudian diolah sebagai sumber penyadapan air moke putih untuk diminum atau diolah menjadi sopi dan gula. Kini air mokepun dapat digunakan sebagai salah satu bahan baku untuk fermentasi pembuatan pupuk dan pestisida nabati alami bagi tanaman kakao-coklat dan ijuk untuk membuat sapu atau atap rumah. Lidi dijadikan sapu atau dianyam menjadi piring buat rental saat pesta. Buah enau mengandung rasa gatal dapat dipakai sebagai obat menghalau hama tikus yang menyerang tanaman padi. Petani tradisional sangat menghargai pohon enau. Sebab pengalaman bertani membuktikan sistem akar yang dalam mampu menaikan permukaan tanah hingga menjadi subur. Tanaman ini pun mempunyai fungsi menahan erosi saat tiba banjir pada musim hujan.Oleh karena itu, pohon ini sama sekali tidak boleh diganggu oleh manusia.Usaha dan ancaman merusakan dari pihak-pihak luar selalu diawasi. Sebab ini adalah pengalaman leluhur yang diwariskan bagi anak cucu yang telah teruji dari masa ke masa. Moke Putih sekadar minuman pelipur lara, tidak bisa dan tidak boleh minum hingga mabuk-mabukan. Tidak juga minum sebanyaknya hingga kenyang dan tertidur dan lupa kerja. Orang mabuk dan malas justru dihindari oleh masyarakat Flores.

     

    Moke untuk Upacara-Upacara Adat Flores

    Upacara Tua Kalok

    Upacara tua kalo adalah upacara adat untuk beramai-ramai minum moke sebagai simbol pernyataan suatu kesepakatan. Upacara biasa dibuka oleh “Tana Puan” (kepala suku) Talibura dan Tanarawa. Dalam upacara itu, berkumpullah 11 orang Tana Puan dan tokoh masyarakat setempat, juga orang muda. Sebotol moke dan gelas disiapkan di meja persis di depan tempat duduk pasangan Paket An-Sar. Tana Puan Talibura dan Tanarawa memimpin ritual doa dan sapaan adat dalam bahasa setempat yang memiliki arti mendalam. Setelah itu, gelas yang terisi moke diminum oleh para Tana Pu’an dan gelas yang masih terisi moke itu diserahkan kepada pasangan Paket An-Sar untuk diminum sampai habis.Ritual ini dilakukan sebagai bentuk pengukuhan atas kebulatan tekad dan pernyataan dukungan

    Upacara Roko Molas Poco

    Roko Molas Poco merupakan suatu tradisi adat awal pembangunan Mbaru Tembong, rumah adat masyarakat Manggarai Raya, baik yang berdiam di Kabupaten Manggarai, Manggarai Barat, maupun Manggarai Timur. Roko dalam bahasa setempat berarti pikul secara gotong royong. Sementara molas artinya cantik dan poco adalah hutan. Alhasil, kata roko molas poco mengandung arti mengambil atau memikul secara bersama kayu terbaik dari hutan. Pada rangkaian ritus Roko Molas Poco kewajiban para tokoh adat seperti tu’a golo (kepala Kampung), tu’a teno (kepala adat) adalah mengundang semua warga kampung, untuk melakukan lonto leok ( musyawarah bersama warga sekampung) di rumah adat lama ataupun di natas (halaman kampung). Selanjutnya, anggota masyarakat maupun tokoh-tokoh adat dibagi dalam dua kelompok, yaitu kelompok Roko Molas Poco (kelompok yang akan pergi ke hutan untuk mengambil kayu tersebut) dan kelompok curu molas poco (kelompok yang akan menjemput Molas Poco tersebut).Upacara adat Roko Molas Poco ini diawali dengan acara teing hang atau pemberian sesajen di altar sesajen (compang) yang dipimpin oleh tu’a golo. Setelah upacara teing hang (Memberi sesajian kepada arwah nenek moyang) usai upacara, barulah kelompok Roko Molas Poco berangkat ke hutan (puar) dengan membawa manuk (ayam), moke, cola (kapak)), kope (parang), serta alat-alat lain yang dibutuhkan saat upacara tersebut berlangsung. Setiba di hutan, kelompok Roko Molas Poco beserta tu’a golo duduk menghadap pohon yang akan dijadikan sebagai Molas Poco atau Siri Bongkok. Kemudian tu’a golo, menyampaikan permohonan atau kepok atau torok tae (bahasa kiasan Manggarai) kepada arwah-arwah nenek moyang. Setelah torok tae tersebut selesai barulah kayu-kayu dipotong dan Molas Poco tersebut diusung ke kampung oleh kelompok Roko. Sesampainya di dekat kampung (Pa’ang beo) kelompok Roko Molas Poco tersebut dijemput (sundung/curu) oleh kelompok penjemput dengan diiringi tarian-tarian dan dilanjutkan torok atau kepok sundung atau curu. Ritus “Roko Molas Poco” ini dilakukan untuk meneruskan warisan budaya leluhur dan agar rumah adat atau Mbaru Tembong yang akan dibuat tetap kokoh, serta memberikan ketentraman bagi warga yang mendiami kampung tersebut

    Merayakan Natal

    Di Flores, Natal identik dengan ledakkan meriam bambu di nyaris semua sudut kota pada malam Natal. Anak muda di Flores biasanya begadang semalaman pada 24 Desember sambil bermain kembang api dan minum moke

    Upacara Teing Hang

    Ritus Teing hang pada akhir tahun baru merupakan bentuk syukuran kepada arwah nenek moyang yang telah meninggal dunia pada tahun yang lama dan memohon berkah pada tahun baru. Tahapan acara diawali dengan dilakukan Teing Hang Paneng Cepa(memberikan kapur sirih, sirih, pinang),teing tuak (memberikan Moke), Kebut Wulu Manuk Lalong Bakok (mencabut bulu ayam jantan putih ),Mbele Manuk Bakok ( sembelih Ayam Jantan putih),Toto Urat ( melihat urat usus Ayam jantan yang sudah disembelih dan dibakar). Puncak teing hang ise empo agu ame(memberi makanan kepada nenek moyang dimana sesajian tersebut disimpan persis di tiang utama rumah),dan hang cama (makan bersama keluarga di dalam rumah)dimaksudkan sebagai bentuk penghargaan awal masyarakat setempat menyambut Nenek Moyang. Sebagaimana kebiasaan dan tradisi masyarakat, tenda kapur sirih, daun sirih dan pinang dihadirkan sebagai makanan penghibur dikala tamu pertama kali hadir di rumah.Tahap pertama, paneng cepa dengan menggunakan bahasa torok tae dilakukan dengan maksud untuk menyapa para hadirin dengan sopan santun dalam mengundang arwah nenek moyang hadir dalam ritus ini. Tahap inung tuak atau memberikan moke menambah rasa persatuan arwah nenek moyang dengan keluarga di dalam rumah. Sementara itu, Kebut Wulu Manuk Lalong mempunyai arti bahwa ayam jantan putih yang sudah disiapkan mempunyai makna warna putih bersih dan suci sebagai generasi penerus mempunyai hati,pikiran, perkataan dan tindakan yang bersih pada tahun yang baru. Pada tahap ini, warga meminta supaya hati dan pikiran diterangi pada tahun baru melalui perkataan dan tindakan sesuai dengan putih bersih ayam jantan tersebut.Ayam jantan disembelih dan darahnya dibiarkan menetes di atas mangkuk putih agar pemandu bisa melihat darah tersebut. Hal itu mempunyai makna bahwa dengan darah ayam tersebut, semoga keluarga tidak tertimpa bencana pada tahun baru.Dalam tahap berikutnya, ayam dibakar setelah itu dilanjutkan dengan toto urat manuk yang berarti melihat bagian urat usus dua belas jari dari ayam jantan untuk melihat apakah keluarga akan memiliki banyak rejeki pada tahun yang baru.Tahapan upacara tersebut sangat tergantung dari kejelian pemandu atau torok dalam melihat urat kecil warna hitam pada usus yang digunakan untuk menentukan nasib dari para keluarga. Toto urat dilakukan dengan maksud melihat nasib masa depan keluarga yang melakukan ritus ini. Setelah melewati proses Toto Urat, tahapan selanjutnya ayam jantan kembali dibakar hingga matang sehingga sebagian dagingnya dapat disajikan bersama nasi dan air minum kepada nenek moyang.Sesajen ini yang diletakan persis di lantai tempat dibangunnya tiang utama dalam rumah.Pemberian sesajen ini kepada nenek moyang dilakukan sebagai rasa syukur dan mohon berkat pada tahun yang baru. Sebagai tahap terakhir, bersama keluarga dan undangan yaitu anak wina atau anak perempuan yang sudah menikah dari keluarga dapat memberikan uang wali urat dia. Kegiatan menyumbangkan uang ini untuk mendapat rejeki. Anak wina wajib melakukan ritual ini kalau mau mendapatkan rezeki dari nenek moyang melalui nasib hidup yang dapat diperlihatkan melalui urat usus ayam jantan.Usai upacara, keluarga dan undangan yang hadir diundang makan dan bersenang-senang dalam rumah untuk menyambut tahun baru.Ritus ini diadakan jelang akhir tahun dan sangat tergantung dari keluarga yang menentukan hari dan tanggalnya. Biasanya warga mengadakan upacara ini pada satu atau dua hari sebelum 1 Januari pada tahun yang baru

    Moke sebagai Penopang Ekonomi Masyarakat Flores

    Hampir sebagian besar penduduk di Flores Timur menggantungkan ekonomi rumah tangga dari perkebunan dan produksi moke.Anak-anak warga dapat bersekolah hingga bangku perguruan tinggi karena ditopang oleh usaha moke, di lain pihak, pemerintahan Kabupaten Flores Timur mengeluarkan pernyataan yang kontroversial.Pemerintah ingin menutup segala aktivitas produksi moke yang dilakukan warga dengan alasan tingginya konsumsi alkohol telah menciptakan situasi dan kondisi lingkungan yang tidak kondusif.Pernyataan tersebut ditentang oleh warga karena akan berdampak pada penurunan pendapatan ekonomi rumah tangga. Masyarakat menyatakan bahwa seharusnya pemerintah berterima kasih pada warga karena produksi moke telah membantu anak-anak Flores Timur dapat bersekolah hingga ke perguruan tinggi, lagipula moke juga menjadi salah satu syarat dalam proses ritual adat

    Kontravensi

    salah satu kontroversi mengenai minuman ini di pulau flores adalah pemerintah daerah (pemda) kurang mendukung keberadaan moke sebagai salah satu aset daerah. Pemda justru mengeluarkan peraturan daerah (perda) No. 8 Tahun 2011 tentang perizinan, pengawasan, dan pengendalian minuman beralkohol, perda tersebut mendapat penolakan dari masyarakat flores. Masyarakat flores merasa yang perlu dilakukan oleh pemerintah daerah adalah melegalkan moke dengan kadar tertentu, mendukung pelabelan, dan pelatihan kepada para pembuat moke untuk meningkatkan kualitas. Sebab, moke mereka anggap sudah menjadi ikon Pulau Flores yang sudah dikenal oleh para wisatawan baik lokal maupun mancanegara. Mereka menyayangkan bahwa para wisatawan saat meninggalkan Flores dan mencari buah tangan, mereka hanya akan mendapatkan tenun ikat dan sedikit makanan, moke belum bisa masuk dalam daftar untuk dijadikan buah tangan.